English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

11.25.2010

Membentuk Kepribadian anak

Anak-anak sekarang sangat berbeda dengan anak-anak di masa kecil kita. Dulu di zaman kita, apa-apa yang dikatakan oleh orang tua, tidak akan terbantahkan. Artinya, anak-anak tidak berani membantah. Tetapi anak-anak sekarang sangat cerdas. Tidak mudah menjadikan anak-anak kita menaati kita kalau kita tidak mampu memberikan pengertian yang bisa dipahami anak.
Kita tidak bisa jika hanya sekadar melarang atau memerintahkan sesuatu kalau tanpa penjelasan mengapa harus begini atau begitu. Dan itu adalah tantangan dan tugas berat kita.


Lalu bagaimana seharusnya kita mendidik anak-anak kita? Apakah anak-anak harus kita isolasi secara total dari media, televisi khususnya, atau bagaimana? Haruskah kita menimbang antara apakah anak-anak kita akan disterilkan dari lingkungan yang akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap mereka, ataukah kita paparkan sekalian dalam kenyataan yang ada dengan konsekuensi bagi kita orang tuanya untuk bekerja lebih keras dalam membimbing mereka. Jika kita sterilkan, anak-anak akan kesulitan jika menghadapi realitas dalam lingkungan mereka kelak.

Rasulullah saw. menunjukkan kepada kita bagaimana membangun kepribadian anak agar menjadi baik:

1. Mengokohkan Bangunan Keyakinan
Rasulullah saw. mengawali pembentukan kepribadian para sahabat dengan menanamkan bangunan keyakinan baru secara kokoh. Keimanan akan ke-MahaKuasa-an Allah, keyakinan akan kebenaran Islam, dan kerinduan yang sangat besar terhadap jannah. Keyakinan semacam inilah yang membentuk orientasi dan wawasan hidup para shahabat.

Untuk itulah diperlukan upaya yang terus-menerus untuk menyegarkan dan mengokohkan bangunan keyakinan ini terhadap anak-anak kita. Tentu saja sarana-sarana pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

Selain itu, pengenalan terhadap Rasulullah juga harus dilakukan sejak dini. Agar tumbuh dalam diri anak kecintaan terhadap Rasulullah. Dengan begitu, maka anak akan mudah diarahkan untuk meneladani apa-apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw.

Sarana yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan itu sangat banyak. Dengan nyanyian, cerita, atau permainan. Sedangkan sarana-sarana audiovisual yang ada bisa dimanfaatkan secara optimal. Sedang untuk anak-anak yang sudah bisa diajak berdialog, maka sarana diskusi bisa dimaksimalkan. Pada waktu-waktu tertentu anak bisa diajak untuk tafakur alam, untuk melihat secara langsung kebesaran dan kekuasaan Allah swt.

2. Mendekatkan Interaksi dengan Al-Qur'an
Kunci kedua adalah kuatnya interaksi dengan Al-Qur'an. Sebagaimana kita pahami bersama, dinamika kehidupan Rasulullah bersama sahabat-sahabatnya berjalan beriringan dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur'an.

Saat ini, interaksi dengan Al-Qur'an bukan sebatas aspek tilawah, hafalan dan pemahaman. Tetapi lebih penting pada sisi pengamalan Islam dan dakwah yang terus mengacu pada bimbingan Al-Qur'an. Sepatutnyalah kita mendidik dan melatih anak-anak kita untuk melaksanakan aktivitas hariannya dengan acuan Al-Qur'an serta berusaha menemukan jawaban atas persoalan-persoalan hariannya dalam Al-Qur'an.

3. Membimbing kepada Penerapan Amal
Islam adalah diinul 'amal. Artinya bahwa Islam mengedepankan kebaikan amal sebagai bukti dari keimanan dan pemahaman. Selanjutnya, penerapan amal justru akan mempercepat dan memperkokoh bangunan keimanan dan pemahaman terhadap Islam. Tentu saja semua ini dilakukan dengan menjaga agar setiap amal yang dilakukan dilandasi oleh keikhlasan dan pemahaman.

Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam mendidik umatnya. Mereka menjadi qaumun 'amaliyyun atau orang yang senantiasa beramal. Tidak sekedar pandai berbicara tetapi juga mampu mengamalkan. Itulah yang disebut orang-orang yang memiliki integritas pribadi.

"Dan katakanlah: 'Beramallah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya beserta orang-orang mukmin akan melihat amalmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan'" ( Q.S. At-Taubah/9: 105).

Pendidikan yang kita lakukan pada anak-anak kita bukanlah sekedar untuk memberikan pelajaran atau ilmu semata, tetapi sebagai bekal anak agar mereka bisa mengamalkan ilmu mereka. Contohnya dalam mengajarkan shalat. Kita latih anak untuk melaksanakan shalat sejak dini, seiring dengan penjelasan yang kita berikan tentang hal ikhwal shalat yang disesuaikan dengan tingkat penerimaan dan pemahaman mereka. Contoh lain adalah tentang pemakaian jilbab bagi anak-anak puteri. Kita latih mereka untuk senantiasa berjilbab ketika keluar rumah sedini mungkin, juga seiring dengan penjelasan mengapa harus berjilbab sesuai dengan tingkat pemahaman mereka.

4. Mengedepankan Keteladanan dan Kepemimpinan yang Baik
Perilaku dan amal para pendidik, terlebih orang tua adalah cerminan dari pemahamannya. Mereka adalah teladan dalam pembicaraan dan amalan. Maka kunci keberhasilan dalam mendidik anak adalah ketika para pendidik mampu menerapkan syiar "ashlih nafsaka, wad'u ghairaka" (perbaiki dirimu, kemudian serulah orang lain). Inti dari syiar itu adalah keteladanan pendidik. Misalnya dalam tataran memerintah, maka yang mesti dipakai adalah kata mengajak daripada kata menyuruh. Apa perbedaan kedua kata tersebut? Kata menyuruh mengandung makna tidak adanya keterlibatan si pemberi perintah. Sementara kata mengajak, si pemberi perintah juga ikut terlibat atau melaksanakan apa yang diperintahkan.

Rasulullah saw. telah menampilkan keteladanan ini dalam dirinya. Sungguh, beliau adalah teladan sempurna bagi manusia. Dengan cara inilah Rasulullah sukses mengader sahabat-sahabatnya. Islam menampilkan keteladanan sebagai sarana dakwah dan tarbiyah yang paling efektif. Sehingga Islam menetapkan sistem pendidikan yang kontinyu atas dasar prinsip keteladanan tersebut.
Dengan mengacu apa yang telah dilakukan Rasulullah saw. dalam mendidik putra-putri beliau serta para sahabat, insya Allah anak-anak kita memiliki kepribadian yang kokoh serta kepercayaan diri yang kuat, yang bersumber dari nilai-nilai Al-Qur'an.
Semoga dengan kasih sayang, bimbingan, dan keteladanan kita, mampu menjadikan mereka sebagai anak-anak shaleh yang akan eksis pada zamannya serta mempu menyumbangkan potensi mereka untuk kembali meraih kejayaan Islam sebagaimana yang telah diraih oleh para salafus shaleh terdahulu.

Sumber : majalahnh.com

0 Speaker:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites